Abu
Yūsuf Yaʻqūb ibn ʼIsḥāq aṣ-Ṣabbāḥ al-Kindī
(Arab: أبو يوسف يعقوب بن إسحاق الصبّاح الكندي , Latin: Alkindus) (lahir: 801 - wafat: 873), dikenal sebagai filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani<> (wiki)
(Arab: أبو يوسف يعقوب بن إسحاق الصبّاح الكندي , Latin: Alkindus) (lahir: 801 - wafat: 873), dikenal sebagai filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani<> (wiki)
Pertama-tama perlu saya tegaskan,
bahwa tulisan ini bukanlah bentuk provokasi atau apalah namanya itu, artikel
ini saya buat untuk membuka dan menambah pengetahuan akan sejarah ilmu
pengetahuan. Patut kita ingat bahwa, tidak ada ilmuan yang sempurna. Tetapi,
dengan adanya banyak pendapat dan kisah akan memperbaiki pengetahuan demi
kemajuan bersama. Artikel ini spesial
untuk teman saya Muhammad Ranu Hidayat dan semua pembaca setia.
1.100
tahun Sebelum Einstein membuat dan mencetuskan
teori relativitas, ilmuwan Muslim di abad ke-IX M telah meletakkan dasar
dasar teori relativitas. Ilmuwan yang di kenal sebagai Alkindus di Barat ini menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk relatif dan terbatas. Walaupun semua makhluk individu
tidak terbatas banyaknya. Namun waktu, gerak, badan dan ruang
adalah terbatas. Intinya, Al-Kindi hendak menyatakan bahwa “Waktu itu ada
(eksis) karena ada gerak. Gerak itu adak karena badan/tubuh
yang bergerak. Jika tidak gerak, ada tubuh yang diperlukan untuk bergerak; jika ada
badan, ada gerakan yang dilakukan”. Dengan kata
lain, ruang, waktu, gerakan dan benda itu bersifat relatif satu sama lain dan
tidak dapat berlaku sendiri (independent) atau absolut. Seluruhnya bersifat
relatif terhadap objek-objek lain dan terhadap si pengamat.
Teori relativitas yang di gagas Einstein juga hampir sama. Ia menyatakan bahwa
“Eksistensi-eksistensi dalam dunia ini terbatas, walaupun eksistensi itu sendiri
tidak terbatas”. Tentu saja dikarenakan kedua ilmuwan ini hidup dan berkarya di zaman
yang berbeda, maka temuan dari Einstein akan lebih mendetail dan dijelaskan
dengan dukungan penelitian dan pengujian ilmiah.
Dunia ilmu pengetahuan atau sains modern di
awal abad ke-20 M dibuat takjub oleh penemuan seorang ilmuwan keturunan Yahudi di Jerman
bernama Albert Einstein. Ia adalah salah satu fisikawan yang mendasari fisika modern. Ia pada 1905 mempublikasikan
teori relativitas khusus (special relativity theory). Satu dasawarsa
kemudian, Einstein yang didaulat oleh majalah kenamaan amerika “Time” sebagai tokoh abad 20 itu kembali mencetuskan
teori relativitas umum (general relativity theory).
Teori relativitas itu dirumuskannya sebagai E = MC2. Rumus teori
relativitas yang begitu populer menyatakan bahwa kecepatan cahaya adalah
konstan. Selain itu, teori relativitas khusus yang dilontarkan Einstein
berkaitan dengan materi dan cahaya yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi yaitu mencapai sekitar
300.000.000 m/s. Dengan kecepatan ini cahaya hanya membutuhkan waktu sekitar
0,133 detik untuk mengitari khatulistiwa bumi satu putaran penuh.
Sedangkan, teori relativitas umum menyatakan bahwa setiap benda bermassa menyebabkan ruang-waktu
di sekitarnya melengkung (efek geodetic wrap). Melalui kedua teori relativitas
itu, Einstein menjelaskan bahwa gelombang elektromagnetis tidak sesuai dengan
teori gerakan Newton. Gelombang elektromagnetis dibuktikan bergerak pada
kecepatan yang konstan, tanpa dipengaruhi gerakan sang pengamat.
Inti pemikiran kedua teori tersebut menyatakan, dua pengamat yang
bergerak relatif akan mendapatkan waktu dan interval ruang yang berbeda untuk
kejadian yang sama. Meski begitu, isi hukum fisika akan terlihat sama oleh keduanya. Dengan
ditemukannya teori relativitas, manusia bisa menjelaskan sifat-sifat materi dan
struktur alam semesta.
“Pertama kali saya mendapatkan ide untuk membangun teori
relativitas, yaitu sekitar tahun lalu 1905. Saya tidak dapat mengatakan secara
eksak dari mana ide semacam ini muncul. Namun, saya yakin, ide ini berasal dari
masalah optik pada benda-benda yang bergerak,” ungkap Einstein saat
menyampaikan kuliah umum di depan mahasiswa Kyoto Imperial Uni versity pada 4
Desember 1922.
Dalam Al-Falsafa al-Ula, Al-Kindi mencontohkan, seseorang melihat
sebuah objek yang ukurannya lebih kecil atau lebih besar menurut pergerakan
vertikal antara bumi dan langit. Jika orang itu naik ke atas langit, dia
melihat pohon-pohon lebih kecil. Jika dia bergerak ke bumi, dia melihat
pohon-pohon itu jadi lebih besar. “Kita tak dapat mengatakan bahwa sesuatu itu
kecil atau besar secara absolut. Tetapi, kita dapat mengatakan bahwa itu lebih
kecil atau lebih besar dalam hubungan kepada objek yang lain,” tutur Al- Kindi.
Kesimpulan yang sama diungkapkan Einsten sekitar 11 abad setelah Al- Kindi
wafat.
Alam semesta raya ini selalu diselimuti misteri. Kitab suci Alquran
yang diturunkan kepada umat manusia merupakan kuncinya. Allah SWT telah
menjanjikan bahwa Alquran merupakan petunjuk hidup bagi orang-orang yang
bertakwa. Untuk membuka selimut misteri alam semesta itu, Sang Khalik
memerintahkan manusia agar berpikir.
Berikut ini adalah beberapa ayat Alquran yang membuktikan teori relativitas itu.
Berikut ini adalah beberapa ayat Alquran yang membuktikan teori relativitas itu.
1)
“…. Sesungguhnya, sehari di sisi Tuhanmu seperti seribu tahun dari
tahuntahun yang kamu hitung.” (QS Alhajj: 47).
2)
“Dia
mengatur urusan langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam
satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.”
(QS Assajdah: 5).
3)
“Yang
datang dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikatmalaikat dan
Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu
tahun.” (QS 70: 3-4).
4)
“Dan, kamu
lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya. Padahal, ia
berjalan sebagaimana jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat
dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS Annaml: 88).
5)
“Allah
bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab,
‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari. Maka, tanyakanlah kepada
orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi)
melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui’.” (QS 23:
122-114).
Semoga di masa yang akan datang banyak bermunculan ilmuan islam yang
berlandaskan hukum syariat untuk membangun dan menjadi insan yang baik
dihadapan Allah SWT.
Sumber :
1. Al-qur’an
2. wikipedia
3. islam wiki
4. tonyoke.wordpress
mantap
ReplyDelete